Surat Pembunuh Munir



Siapa saya sesungguhnya tidak usahlah orang banyak tahu. Nama saya sudah sering kali disebut-sebut di surat kabar, wajah saya kerap kali muncul di televisi saat persidangan kasus ini. Saya pun menjadi tenar karena wajah saya lagi-lagi muncul di film dokumenter tentang pembunuhan aktivis di udara. Saya menjadi tidak terlupakan karena nama saya jelas tertulis di laporan Tim Pencari Fakta.

Surat ini saya tulis setelah saya membaca surat pengakuan dari seorang pembantai, serupa seperti saya, pada peristiwa Rawagede yang terjadi dua tahun setelah republik ini merdeka. Seperti halnya saya, enam tahun setelah reformasi lahir di negeri ini, saya pun membunuh seseorang, aktivis HAM yang mengganggu stabilitas bisnis dan politik yang saya lakoni.

Saya tidak bekerja sendirian. Saya bekerja atas restu dan permufakatan jahat atasan saya yang namanya jarang disebut tapi semua orang juga sudah tahu. Seorang lagi bekerja untuk operasi ini, tugasnya sebagai eksekutor. Orang ini saya perintahkan untuk melakukan pendekatan dengan target. Hubungan telepon pun kerap dilakukan hingga hari keberangkatannya. Belakangan, komunikasi telepon ini terkuak dan merembet pada terbongkarnya rekaman komunikasi saya dengan eksekutor.

Di udara, eksekutor menawarkan kursi nyaman di kelas bisnis. Dia jugalah yang memasukkan arsenik ke dalam jus jeruk dan mi goreng yang dihidangkan. Tidak berapa lama setelah lepas landas dari negara transit, racun mulai bekerja pada tubuh. Hingga akhirnya udara memanggil jiwanya pulang di atas langit Hungaria.

Ini bukanlah yang pertama bagi saya. Kurun waktu 1997-1998, saya juga terlibat permufakatan jahat dalam penculikan 13 orang aktivis. Penghilangan paksa itu turut menyeret empat kolega saya, yang salah satunya kita semua orang tahu saat ini sudah menjadi apa. Sandiwara disiapkan melalui pengadilan pura-pura dengan memvonis 11 nama eksekutor lapangan tanpa bisa menyentuh saya dan kolega.

Sudah dua kali saya lolos dari vonis. Namun raga ini seperti limbung digerogoti keraguan. Kecemasan mulai menghantui seiring usia yang semakin senja. Apakah saya akan lolos kembali untuk yang berikutnya? Karena saya sadar, pengaruh saya semakin menurun di kalangan elit.

Pejabat baru di institusi tempat dulu saya berada, melalui surat kawat yang bocor, menyatakan niat untuk membongkar pelanggaran HAM masa lalu. Tampaknya angin reformasi memaksa mereka mengikuti hembusan perubahan. Nilai-nilai HAM mulai diadopsi oleh lembaga-lembaga represi negara.

Negara tempat saya dulu mengabdikan diri, sepertinya akan mencekik saya. Membaca berita beberapa hari belakangan, membuat saya was-was. Vonis yang datang dari Negeri Kincir Angin, telah membawa angin keadilan bagi korban Pembantaian Rawagede. Angin itu seperti menggumpal dan akan mendatangkan badai ke negeri ini untuk menagih utang negara atas kasus kejahatan HAM berat di masa lalu.

Entah mengapa, tahun ke-7 ini menjadi beban berat bagi saya. Mimpi buruk selalu menyergap di malam-malam saya tertidur. Saya pun mulai menjauhi jus jeruk dan mi goreng yang selama ini menjadi santapan favorit saya karena takut ada arsenik di dalamnya. Lama-lama saya jadi gila karena curiga dan cemas sudah bercampur dalam darah saya. Atau inikah jalan keluar bagi saya, pura-pura gila, agar lolos kembali dari jeratan atas tuduhan pelaku kejahatan HAM masa lalu?

Adakah pilihan lain yang tak pernah terbersit dalam pikiran saya? Pilihan untuk mengakui kejahatan ini agar keluarga saya sepanjang hidupnya tidak diwarisi kejahatan HAM masa lalu?

(surat imajinasi penulis, demi pengungkapan kebenaran dan keadilan)

ray mundo

lanjut baca..

Berlari Meniti Cincin Api Gunung Lemongan


Hobi baru saya adalah lari, tapi saya tidak ingin hanya sekedar berlari.

Bulan Juni yang lalu, saya mendapat kesempatan melancong ke Ponorogo, Jawa Timur. Bicara tentang Jawa Timur, tentu saja saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan lain untuk memperpanjang langkah perjalanan ke arah timur, Klakah.

Klakah menjadi sebuah daya tarik tersendiri karena panorama alamnya yang memukau, sekaligus ironi yang menyertainya. Terletak di Kabupaten Lumajang, Klakah berada diketinggian 300 mdpl, membuat daerah ini beriklim sejuk bagi ukuran saya yang terbiasa terbakar panas kota Jakarta.

Di sana ada beberapa danau vulkanik, atau rakyat setempat menyebutnya sebagai ranu. Salah satunya adalah Ranu Lemongan. Ranu yang diliputi keheningan ini menyimpan ironinya sendiri.

Menurut Mbah Citro, juru kunci Gunung Lemongan, sejak tahun 2000 air yang mendiami ranu ini semakin berkurang debit airnya. Apa sebab? Tidak lain karena kondisi Gunung Lemongan, beberapa kilometer jauhnya, sedang krisis akibat penggundulan hutan.

Daerah resapan air menjadi hilang, begitu pula dengan tempat penampungannya, ranu-ranu yang berada di sekitar gunung menjadi surut menopang kebutuhan rakyat sekitar akan air. Keadaan ini tentu saja mempengaruhi denyut kehidupan rakyat yang menggantungkan diri pada alam.

Beruntung manusia mempunyai hati dan pikiran untuk beradaptasi dengan alamnya. Inisiatif pun kemudian muncul di tahun 2005. Dengan bergotong-royong, rakyat Klakah mulai melakukan konservasi dengan penanaman pohon. Lokasi yang bermula dari sekitar ranu, kemudian berpindah ke Gunung Lemongan.

Lambat laun, upaya pelestarian alam ini semakin teguh dengan lahirnya organisasi Laskar Hijau pada tahun 2008. Lembaga swadaya yang dimotori oleh A'ak Abdullah Al-Kudus ini, mengumpulkan bibit pohon dari dalam tong sampah. Dari situ mereka dapatkan biji-biji berbagai macam jenis buah untuk disiapkan menjadi bibit pohon. Para siswa Sekolah Dasar di Probolinggo dan Lumajang turut andil dalam aksi konservasi ini.

Tidak sekedar berlari

Kembali ke cerita saya soal lari, kesempatan kali ketiga saya ke Klakah memecah kebuntuan otak saya akan ide lari gunung ke Gunung Lemongan. Ide gila ini saya dapatkan dari Aki Niaki, penggila lari gunung dari bumi parahyangan yang bermarkas di komunitas lari Indo Runners. Entah kebetulan atau tidak, di bulan yang sama ada beberapa pelari ekstrim dari mancanegara akan melawat Gunung Lemongan sebagai salah satu gunung yang akan mereka jajaki.

Berselang empat hari setelah para pelari ekstrim mencicipi lintasan lari di Gunung Lemongan, giliran saya mencobanya bersama Surya dari Laskar Hijau. Di awalnya, rute dapat dilalui dengan berlari. Namun itu tidak berlangsung lama karena tanjakan terjal segera menghadang dan memaksa kaki ini untuk berjalan. Itu terus berlangsung sekitar dua jam hingga sampai pada puncaknya.

Pemandangan di atas puncak sangat menghanyutkan dengan tampaknya Gunung Semeru di kejauhan dan buaian hembusan angin bercampur kabut yang mengajak kita untuk berlama-lama di puncak. Saat perjalanan turun kembali, saya menemui tanaman khas Gunung Lemongan, kantung semar yang berwarna hijau. Pohon besar, hingga ilalang setinggi orang dewasa disertai pasir dan batuan lepas gunung vulkanik turut menemani sepanjang perjalanan menuruni gunung.

Sepulang dari Klakah, saya lalu mengajak A'ak untuk membuat acara lari gunung sambil menanam pohon. Hal ini terinspirasi dari penanaman pohon oleh Dachhiri Dawa Sherpa, pelari ekstrim dunia saat berlari di Gunung Lemongan tempo hari. Dan tentu saja ide konservasi datang dari kawan-kawan Laskar Hijau yang telah merawat alam selama beberapa tahun belakangan ini.

Setelah bertukar pikiran sana-sini, akhirnya ketetapan pun diputuskan: “Lemongan Conservation Run,” 13 November 2011, swadaya, menanam pohon dan menggalang dana untuk konservasi Gunung Lemongan. Sebuah blog pun diterbitkan di dunia maya: lemonganconservationrun.blogspot.com

Bulan November dipilih karena diperkirakan akan turun hujan, walau dua tahun belakangan ini hujan belum juga menurunkan butir-butir airnya ke bumi. Katanya karena global warming, pemanasan iklim, tapi menurut saya tidak. Iklim yang sulit diterka membawa pesan kepada rakyat bumi untuk bersahabat dengan alam, bukan dengan mengkambinghitamkan alam saat datangnya bencana.

Kini saatnya kita melakukan konservasi dengan berlari, berjalan kaki, bersepeda, dengan cara apapun agar bumi ini lestari!

Salam lari dan konservasi :)

Ray Mundo

Foto: Ranu Lemongan (Laskar Hijau)

lanjut baca..

Catatan Perjalanan Duren Sawit-JPG-Duren Sawit, 6 Februari 2011



Gobar kali ini diikuti 7 peserta nekat dari berbagai angkatan dan latar belakang :) Sepeda yang digunakan juga beragam dari sepeda gunung, balap dan perpaduan keduanya (hybrid). Rencana gobar muncul dari akan digelarnya Pasar Sepeda JPG yang legendaris itu :)

Titik kumpul (tikum) di McD*nalds Duren Sawit sekitar jam 05.30. Di sana ternyata sudah menunggu Zanetti boy yang tepat waktu :) Sedangkan om Chubby sedang dalam perjalanan ke tikum. Satu lagi penggowes, bro Javanischen mengabarkan akan langsung gowes ke Cawang untuk bergabung di sana. Hujan rintik masih terus menemani sampai sekitar jam 06.30, enam manusia bersepeda akhirnya memutuskan berangkat. Rute awal menyusuri Jalan Raden Inten II menuju arah Kalimalang.

Baru saja memasuki Kalimalang, hujan makin kencang. Penggowes memilih untuk berhenti sejenak untuk memakai jas hujan. Di sini peserta berkurang 3 orang (enkong Nana&Nano + om Robert) karena tidak membawa jas hujan dan akan menyusul bila hujan sudah reda. Sementara itu 3 goweser (Chubby, Zanetti dan saya sendiri) melanjutkan perjalanan di tengah terpaan hujan lebat.

Dari Kalimalang kami berbelok ke kiri masuk Jalan Mayjend DI Panjaitan hingga di bawah perempatan cawang di bawah jalan layang. Rencananya di sini Javanischen sudah menunggu. Tapi karena mukanya tidak kelihatan, maka gowes berlanjut belok kanan masuk Jalan MT Haryono.

Jalan setelah perempatan agak menanjak sedikit, sampai di puncaknya kami ambil sisi jalan kiri untuk bersiap belok kiri masuk Jalan Dewi Sartika. Di sini hujan masih setia bersama mendinginkan badan :)

Di pertigaan Kalibata, kami berbelok ke kanan masuk Jalan Kalibata. Di ruas jalan ini ada pilihan untuk menanjak ke kanan ke arah jalan layang baru atau mendatar ke kiri jalan lama. Karena perjalanan masih panjang, saya sebagai RC putuskan ambil jalan kiri saja :)

Tepat di bawah jembatan kami berhenti karena Javanischen mengontak Chubby. Sambil menunggu Javanischen, kami berhenti sejenak. Tak lama Javanischen bergabung. Ternyata baru tidur 3 jam setelah ber-NR ria sampai jam 3 pagi katanya. Dahsyat banget deh om :)

Dengan formasi 4 berjejer ke belakang, gowes berlanjut melewati belakang Mal Kalibata, terus menyusuri rel kereta di sepanjang Jalan Rawajati Timur. Di sini kami berhenti untuk menunggu Javanischen yang memutuskan untuk berjas hujan karena lebatnya curahan hujan di daerah ini.

Lanjut lagi sampai menyeberangi rel kereta, lalu masuk ke Jalan Pasar Minggu. Di sini kami ambil sisi kiri untuk berbelok ke kanan tepat di atas terowongan untuk melawan arah dan masuk Jalan Ragunan.

Di Jalan Ragunan akan bertemu dengan pasar tumpah. Gowespun mesti perlahan-lahan, namun ini tidak lama. Di depan ternyata sudah menunggu turunan, yang berarti berpasangan dengan tanjakan :) Turunan ini ternyata tidak satu, tapi ada satu lagi menunggu di depan sebelum kami berbelok kiri masuk Jalan Warung Jati Barat.

Ternyata dua tanjakan tadi adalah pertanda kalau kami sudah mulai memasuki kawasan turunan-tanjakan. Benar saja, setelah berbelok kanan masuk Jalan RA Kartini (Arteri), turun-naik aspal jalanan mulai mengencangkan otot2 kaki :)

Tak lama menyusuri ruas ini, kami berbelok kiri di perempatan RS Fatmawati. Lalu berbelok ke kanan memasuki Jalan Lebak Bulus I. Di sini ternyata ada turunan yang cukup dalam dan langsung melahap tanjakan tinggi. Gigi rendah sangat bermanfaat di tanjakan ini :)

Bertemu perempatan, kami mengambil jalan lurus yang kemudian di pertigaan depan, kami berbelok kiri ke Jalan Cirendeu. Jalan pun mulai menanjak santai, berbelok kemudian mulai menanjak tajam sampai di puncaknya bertemu pom bensin di sisi kiri jalan. Tanjakan ini tergolong aduhai karena menguras tenaga bila tidak pas memindahkan ke gigi rendah :) Sebagai catatan, untuk jalan pulangnya nanti saat turunan, sangat dianjurkan untuk melakukan pengereman karena jalan turunan akan berbelok patah ke kiri.

Di pom bensin ini kami putuskan untuk istirahat karena sepanjang perjalanan energi benar2 terkuras. Kira2 15 menit kami istirahat sambil menikmati bakpia dari Chubby :) Lumayan menghangatkan di tengah cucuran air yang terus berdatangan dari langit.

Menelusuri Jalan Cirendeu, nanti kita akan bertemu Jalan Pondok Cabe yang akan terus menyusuri pinggir Lanud Pondok Cabe. Jalan di sini sedikit berat karena jalan agak menanjak sedikit, tapi karena seperti jalannya tak berujung, cukup berat juga :) Daerah di pinggir lanud ini otomatis adalah daerah terbuka. Saking terbukanya, tidak usah heran bila gowes bertambah berat lagi karena adanya hempasan angin dari arah depan. Tapi kami cukup beruntung karena angin ini berhembus sepoi2 :)

Mengikuti Jalan Poncok Cabe, di depan jalan berbelok ke kanan. Di sini kami mendapatkan bonus berupa turunan landai yang cukup panjang :) Dan seperti biasa siap2 menggowes jalan yang menanjak santai sedikit hingga perempatan lampu merah.

Lepas dari perempatan, kami mengambil jalan lurus ke Jalan Doktor Setiabudi-Pamulang Timur. Jangan kaget bila di daerah ini kita akan menemukan rambu-rambu yang bikin ciut nyali. Rambu itu berwarna kuning, ada segitiga hitamya dan di atas segitiga ada gambar mobilnya :) Ya, benar sekali, itu tanda di depan anda ada tanjakan!

Di pertigaan depan, kami berbelok ke kanan masuk Jalan Surya Kencana, kemudian berbelok ke kiri ke Jalan Pamulang. Hujan masih terus turun sepertinya mengikuti perjalanan kami :)

Setelah melewati danau di sisi kiri, kami belok kanan mengikuti papan petunjuk jalan arah BSD, masuk Jalan Parakan Pondok Benda. Di ruas jalan ini kami memutuskan mampir di warteg untuk mengisi perut :) Setelah makan dan foto2, gowes berlanjut tanpa jas hujan karena hujan sudah reda. Karena di warteg tadi tidak ada toilet, maka kami berhenti lagi di pom bensin untuk menunggu Zanetti membuang hajat.

Tak berapa lama, kami mengayuh kembali si roda 2 tak bermesin samapi bertemu pertigaan. Kami berbelok ke kanan mengikuti petunjuk jalan arah ke Jombang. Di Jalan Sarua ini saya mulai ragu dan memutuskan untuk bertanya karena tidak membawa peta Go*gle :) Beruntung kami tidak salah jalan dan akan melewati Jalan Bukit Indah, Jalan Ciater, belok kiri ke Jalan Aria Putra, belok kiri lagi masuk Jalan Jombang. Di sepanjang jalan ini kami disambut oleh beberapa tanjakan ringan.

Lalu kita akan menyeberangi pintu perlintasan KA dan bertemu dengan Stasiun KA Sudimara. Selepas melintasi jembatan tol, kami berbelok ke kiri masuk Jalan Sumatera. Menyusuri jalan mengikuti angkot warna hijau, berkelok dengan sedikit tanjakan, akhirnya sampailah kami di tikungan base camp-nya JPG :) Kurang lebih perjalanan ditempuh dalam waktu 3 jam.

Di sana kami bertemu dengan Om Benno dan satu lagi Om Fajar (kalau tidak salah) serta kawan2 dari Koskas Tangerang. Sebagai catatan, dalam perjalanan ini kami tidak melakukan re-grouping karena kami memakai pola berpasangan dengan selalu melihat kawan tepat di belakangnya. Dengan cara ini kita bisa memperlambat kayuhan bila kawan di belakang kita mulai agak tertinggal. Menurutku cara ini sangat baik karena kita bisa langsung tahu bila kawan di belakang kita menemukan kendala dan dapat segera membantunya.

Pasar Sepeda JPG siang itu semarak dengan sepeda dan tenda-tenda jualan. Ada pula penggowes yang sampai mandi lumpur habis kecebur di sawah :) Kira-kira 3 jam saya di sana dan sekitar jam 13.00 undur diri untuk gowes solo. Perjalanan pulang dengan melewati jalur yang sama, arah balik ditempuh kurang lebih 3 jam.

Sekian dulu catpernya, kawan-kawan lain (Javanischen, Chubby, Zanetti) bisa bantu menambahkan bila ada yang kurang :)




lanjut baca..

DKI Setujui Jalur Sepeda

Jakarta, Kompas - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyetujui adanya jalur sepeda pertama di Jakarta. Jalur itu membentang dari Taman Ayodya ke Blok M, Jakarta Selatan. Meski panjang jalurnya hanya 1,5 kilometer, persetujuan itu penting untuk menggugah warga berkendara sepeda.


”Silakan membuat jalur pendek sepeda. Jalur pendek masih memungkinkan dalam batasan rencana kota yang ada,” kata Fauzi Bowo saat melantik Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jakarta Komite Sepeda Indonesia (KSI) di halaman Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Minggu (30/1).

Menurut Fauzi, jumlah pengguna sepeda di Jakarta menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Dari 9,6 juta jiwa penduduk Jakarta, terdapat sekitar 100.000 orang yang naik sepeda.

Namun, tidak semuanya bersepeda secara aktif untuk bepergian ke tempat kerja atau tempat aktivitas lainnya.

Mengingat jumlah pesepeda aktif relatif sedikit, Pemprov DKI belum menyediakan jalur khusus sepeda yang panjang. Peruntukan badan jalan masih bagi pengguna kendaraan bermotor.

Wali Kota Jakarta Selatan Syahrul Effendi mengatakan, pihaknya menyurvei jalur sepeda dari Taman Ayodya sampai ke Blok M. Jalurnya melewati jalan-jalan perumahan sehingga tidak mempersempit badan jalan raya. Jalur itu diharapkan dapat terwujud pertengahan 2011.

Pengamat perkotaan yang juga anggota komunitas B2W, Nirwono Joga, mengatakan, Pemprov DKI seharusnya memfasilitasi penyediaan jalur sepeda agar pengguna sepeda secara aktif meningkat, bukan sebaliknya. Penyediaan jalur sepeda tidak harus mengambil satu badan jalan, tetapi dapat dengan sistem rute sepeda dan lintasan sepeda.

Sistem rute sepeda adalah jalur sepeda yang dipandu dengan rambu-rambu lalu lintas. Adapun lintasan sepeda adalah jalur sepeda di badan jalan yang dibatasi dengan garis, tetapi penggunaannya masih berbagi dengan kendaraan lainnya.

Selain itu, jalur sepeda di Jakarta Selatan dapat dimulai dari Lebak Bulus, Jalan Pondok Indah Raya, Pakubuwono, Plaza Senayan, dan berakhir di Mal FX. Di Jakarta Barat, jalur yang dapat dipakai adalah sepanjang tepi Kali Mookervart, dari halte Kalideres sampai halte Indosiar.

Mengurangi kemacetan

Di Jakarta Pusat, para pengguna sepeda terbiasa memanfaatkan jalur Taman Suropati, Jalan Teuku Umar, Tugu Tani, menuju Jalan Medan Merdeka Selatan. Jalur ini dapat dilewati Gubernur Fauzi Bowo jika ingin mencoba bersepeda dari rumah dinas ke kantor.

Jalur sepeda di Jakarta Utara yang sering dilalui anggota B2W adalah Jalan Harmoni, Jalan Juanda, Jalan Gunung Sahari, Jalan Benyamin Sueb (Kemayoran), berlanjut ke Ancol. Di Jakarta Timur ada dua jalur yang biasa dilalui pengguna sepeda.

Jalur pertama, Pulogadung menuju Jalan Pemuda, Jalan Pramuka, Manggarai, dan mengarah ke Dukuh Atas di sepanjang sungai. Jalur kedua, menyusuri kedua sisi Kanal Banjir Timur.

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Muhammad Sanusi, mengatakan, penyediaan jalur sepeda dapat menjadi alternatif mengurangi kemacetan. Selama ini warga enggan naik sepeda secara aktif karena takut tertabrak kendaraan bermotor.

”Jika ada jalur khusus sepeda, banyak orang pindah ke moda ini dan kemacetan berkurang perlahan,” kata Sanusi. (ECA)

Kompas, 2 Februari 2011

lanjut baca..

Bersepeda Menyusuri Banjir Kanal Timur (BKT)


Dilarang ini-itu, maka kami bersepeda :)




Menyusuri Banjir Kanal Timur (BKT) dengan bersepeda kali ini oleh Tim Susur BKT 3 dari Koskas Jaktim. Yang gowes hari ini, Sabtu, 29 Januari 2001, ada 4 orang: albertberts18, adul1293, juwalan, dan Engkong Nana (peserta termuda :)).

Berangkat dari Tikum Buaran jam 06.40, sampai di laut jam 09.50. Setelah foto-foto, jam 10.15 berangkat pulang. Saya sendiri sampai rumah jam 13.13.

Saat berangkat ambil sisi sebelah kiri BKT, kemudian setelah gedung Sosr* ambil sisi kanan. Di awal sempat melewati rute baru (jalan setapak yang mendaki dan menuruni bukit kecil).

Sebagian besar jalan tanah (lumpur saat hujan), jalan kerikil berpasir, sedikit aspal dan lebih sedikit lagi rumput.

Yang lain-lain disambung besok ya, selebihnya foto2 yang berbicara :)

Terima kasih untuk semua kawan2 Koskas Jaktim yang telah menyukseskan susur BKT kali ini. Untuk kedua kawan (zanetti28 dan callmeghost) yang berhalangan turut serta karena menunggui orang tuanya yang sedang sakit, semoga cepat sembuh :)




Memasuki Jalan Setapak



Mendaki



Menyusuri Rerumputan



Menuruni Jalan Setapak



Di Pintu Air (Polsek Medan :))



Di Penghujung Jalan Pintu Air



Di Penghujung Jalan Pintu Air (lagi)



Meniti Jalan Di Pinggiran Empang



Di Seberang Pintu Masuk Pantai Marunda :)



Warung Terakhir



Mana Orangnya?







Akhirnya Ke Laut Juga :)


Hilir Banjir Kanal Timur


Awas Batu! :)


Sayembara Minggu Ini: Tebak, Mereka Sedang Apa Ya?
A.Pura-Pura Mogok
B.Nyasar
C.Lapar
D.Kapok Gak Mau Nyusur BKT Lagi :)













lanjut baca..

Jadwal Fun Bike dan Event Sepeda

Jadwal Fun Bike dan Event Sepeda



Jadwal Fun Bike 23 Januari 2011
Goes To Sky













--------------------------------------

Jadwal Fun Bike 26 Januari 2011


Salam kenal dari saya ..walaupun saya bukan dari pengguna sepeda tapi saya akan mengajak untuk berpartisipasi teman2 dari berbagai komunit
as sepeda yang ada khususnya di Jakarta.
Event ini event Launching Web Side Singapore Tourismboard

Adapun acara tersebut akan di laksanakan pada week day ( Rabu 12 Januari 2011 )
Starting Point ada di :
1 .Gedung OLEOS 1 Wr Buncit dkt Paparonz Pizza Jak Sel ( 50 Sepeda )
2. Parkiran UKI Cawang Jak Tim ( 50 Sepeda )
3. Parkir ex Kantor Walikota Jak Bar/sebelah Trisakti ( 50 Sepeda )
4. Parkir Mobil Monas depan Gedung Indosat Jakarta Pusat ( 50 Sepeda )

Ke 4 Starting point akan bergerak menuju Lapangan MEGA KUNINGAN ( Up Date perubahan meeting point tdk jadi di SCBD )sebagai Meeting Point dan kemudian bergerak menuju ke Bunderan Ratu Plaza sebagai Finish point.
Dan disitu akan di adakan Ceremony Launching melepaskan Balon ke Udara.
Setiap Starti
ng Pont akan ada 1 orang Artis pendamping ( Cathy Sharon, Atika Putri, DLL )Akan di kawal oleh Vorjrider dari kepolisian dan akan ada Panitya pendamping yang membawa Air Minum P3K, DLL....
Setiap Peserta akan di berikan ( Sekedar uang capek ) dan sepeda di dekorasi dengan kriteria dari panitya..
Bagi yang mau ikut secara per orangan dan komunitas ju
ga bisa...
Silahkan Kontak saya di 08978811911/02197897639

Untuk semua yang sdh mendaftar agar bisa daftar ulang kembali via SMS ...karena berhubung perijinan maka acara yang semula di laksanakan tanggal 12 januari di undur ke tanggal 26 Januarti 2011...Mohon Maaf apabila waktu yang sdh di persiapkan oleh seluruh partisipan berubah dan kami pihak p
enyelenggara juga akan terus meng up date semua partisipan yang sdh terdaftar. Terimakasih

Kepada semua pendaftar yag sdh mendaftar baik yang sdh daftar ulang dan baftar baru ...
Kami dari pihak penyelenggara menyampaikan sesuatu yang di luar dugaan...
Bahwasannya perizinan kegiatan ini tidak di izinkan dari pihak POLDA...karena imbas dari event "limbad" yang menarik truck tronton dari senayan menuju ke bunderan HI di Akhir tahun 2010.
Polda tidak mengeluarkan Izin keramaian di area area jalan Protokol menyangkut di daerah yang akan kita lalui menuju ke Bunderan Ratu
Plaza.
Oleh sebab ini acara tidak di batalkan .. akan tetapi Panitia akan merubah tempat dan tanggal yang akan di tentukan dari pihak Penyelenggara dan pihak terkait lainnya.
Surat ini saya sampaikan agar menjadi maklum.
Berita selanjutnya menyusul.
Terimakasih atas partisipasi dan dukungannya. Semoga hal di atas akan terealisasikan dengan cepat

Wasalam
Panitia Event Launching Web Singapore Tourismboard

-------------------------------------------------------

Jadwal Fun Bike 30 Januari
2011
i-GoGreen Tanam 1.000 Pohon













-------------
---------------------------

Jadwal F
un Bike 13 Februari 2011
RS. Puri Mandiri Kedoya














------------------------------------------------------------------------

Jadwal Fun Bike 20 Februari 2011

Fun Bike Go Green 2011 (Walikota Jaksel)












--------------------------------------------------------

MTB FOUR CROSS AND MTB-BMX DIRT JUMP COMPETITION

26-27 February 2011

Location : Longhorn bike park cidokom bogor
...
MTB Four Cross
- Men Elite
- Master A (30-35th)
- Master B (36-40th)
- Master C (> 41th)
- Men Open (19-29th)
- Junior Open (14-18th)
- Youth (< href="http://www.longhornbikepark.blogspot.com/" target="_blank">www.longhornbikepark.blogspot.com
Feri Ariaduta 085717398421
Ardy Polii 0818210522
Rudi Ogel 08567508657
Wahyu 081388911120

----------------------------------

Jadwal Fun Bike 5 Maret 2011

Salam Gowes para roadies ..

SURAT TERBUKA

Kepada Yth,
Pengurus club sepeda balap dan roadies sepeda balap yg belum diwadahi club

Perihal: Pemberitahuan dan Undangan event fun bike sepeda balap, 5 Maret 2011

Dengan Hormat,
FPSJ (forum penggemar sepeda jakarta) selaku wadah formal bagi para goweser sepeda balap, akan mengadakan event "fun bike" spesial sepeda balap..

Rencana event FPSJ 2011 Gowes bareng Jakarta City Tour sebagai salah satu ciri khusus kegiatan FPSJ Insyalloh akan kami selenggarakan pada hari Sabtu tgl 5 Maret 2011( libur Nasional hari raya Nyepi) mohon dukungan dan doa dari para ketua/pengurus Club penggemar sepeda balap jakarta agar event ini bisa terselenggara , kami menghimbau dengan rekan rekan untuk menjadwalkan kegiatan sepeda bersama pada event FPSJ tersebut, terselenggaranya event ini atas dukungan para ketua club se jakarta dan juga para sponsor FPSJ, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya, mari kita galakkan olah raga sepeda balap untuk persahabatan.

Partisipan dari suatu club, dibatasi s/d 100 peserta. Partisipan individual (belum diwadahi club), dapat bergabung dengan komunitas yg sudah ada (sy selaku pengurus komunitas/club RCM akan menerima peserta individu yg ingin bergabung dengan RCM, Ataupun yg ingin terdaftar sbg psrt individual )

Peserta dari kegiatan ini akan mendapatkan FREE JERSEY, ASURANSI KECELAKAAN, SNACK, DAN HIBURAN LAINNYA. Adapun pendaftarannya ialah registrasi dengan mencantumkan data berupa:
Nama (sesuai KTP); Ukuran Jersey; no telp yg dpt di hubungi/sms

Rute gowes meliputi: Sudimran, Kuningan, pondok kopi, HALIM, gatot subroto, dsekitarnya..
Jarak: 80km, terbagi 2 etape, masing2 40km
start/finish: pakit timur senayan (msh rencana..), jakarta

perserta wajib memakai HELM dan SEPATU.. dan disarankan memakai kacamata, sarung tangan, celana padding (ketat)...
JERSEY akan dibagikan di lokasi...
utk pndftr individu, JERSEY dpt diambil di panitia...
Sedangkan utk peserta yg tergabung dg komunitas atau club, dpt di ambil di "stand" komunitas/club ybs.. thx

Event ini gratis, dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. jenis sepeda yg dipakai dalam event: SEPEDA BALAP
SEPEDA BALAP
SEPEDA BALAP
terima kasih ~ salam olah raga.

Tertanda,
Humas FPSJ
Filio Wiguna

Sekretariat:
Jl Jendral S Parman kav 76, lantai 16, Jakarta 11410
telepon: 021-70885025
fax: 021-5366698
e-mail: fpsj@ymail.com



lanjut baca..

Wow, DKI Kaji Tiga Konsep Jalur Sepeda



JAKARTA, KOMPAS.com — Keinginan pesepeda untuk disediakan jalur khusus masih terus dikaji Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Terlebih usulan tentang jalur sepeda telah dimasukkan dalam Rancangan Peraturan Daerag tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Raperda RTRW) DKI 2010-2030. Dari kajian tersebut, ada tiga usulan konsep yang terus dimatangkan untuk diterapkan di Ibu Kota.

”Kondisi jalan di DKI sangat terbatas. Pertumbuhan jalan saja hanya 0,01 persen per tahun. Artinya, lahan yang tersisa di sisi ruas jalan minim untuk dibangun sebuah jalur khusus,” kata Muhammad Tauchid, Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup DKI, Sabtu (15/1/2011).

Melihat kondisi seperti itu, Tauchid menegaskan, sangat kecil kemungkinan Pemprov DKI membangun jalur khusus sepeda dengan membebaskan lahan. Namun, segala sesuatunya akan diupayakan agar ada jaminan keselamatan dan keamanan bagi pesepeda di Jakarta. ”Kami akan upayakan adanya jalur untuk sepeda sesuai dengan Raperda RTRW 2010-2030 yang sudah dibuat,” ujarnya.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, untuk menerapkan usulan dalam Raperda RTRW DKI 2010-2030, pihaknya telah mendapatkan sedikitnya tiga konsep. Konsep tersebut adalah bike path, yakni pemisahan jalur sepeda dari kendaraan bermotor; bike line, yaitu jalur sepeda disatukan dengan kendaraan bermotor; dan bike road, yaitu jalur sepeda yang dibatasi dan dilengkapi marka. Ketiga konsep ini sama-sama memberikan peluang pembangunan jalur khusus untuk pesepeda.

”Idealnya, dengan kondisi lalu lintas di Jakarta saat ini, harus ada penerapan jalur sepeda,” kata Pristono.

Dengan pemisahan jalur antara sepeda dan motor dalam konsep bike path, pesepeda menjadi lebih aman. Sebab, mereka tidak disatukan dengan pengendara motor atau mobil. Sayang, implementasi hal itu sangat tidak mudah.

"Dengan keterbatasan lahan di sisi jalan, sangat tidak dimungkinkan lagi melebarkan jalan khusus bagi sepeda, terutama terkait pembebasan lahan," ujarnya.

Adapun penerapan konsep bike line dimungkinkan asal dilakukan di ruas jalan yang tidak memiliki volume kendaraan tinggi. Hal yang sama juga berlaku pada konsep ketiga.

Menurut Pristono, untuk menentukan konsep mana yang lebih cocok diterapkan di Jakarta, masih harus dilakukan pengkajian desain engineering. Dengan demikian, jalur khusus sepeda ini dapat difungsikan secara optimal.

Raperda RTRW DKI Jakarta 2010-2030 akan dibahas Badan Legislasi Daerah DPRD DKI pada awal Februari. Dalam raperda tersebut diatur mengenai sistem dan jaringan transportasi. Dalam Pasal 17 disebutkan, sistem dan jaringan transportasi terdiri atas darat, laut, dan udara. Salah satu sistem dan jaringan transportasi darat adalah sistem prasarana pedestrian dan sepeda.

Lebih lanjut, dalam Pasal 24 Raperda RTRW DKI 2030 dijelaskan, jalur bagi pedestrian dan pesepeda dikembangkan pada pusat-pusat kegiatan primer dan sekunder serta kawasan transit oriented development. Jalur pedestrian dan pesepeda diintegrasikan dengan jaringan angkutan umum berikut fasilitas pendukung yang memadai dengan memperhitungkan penggunaannya bagi penyandang cacat. Penetapan jalur prioritas pedestrian, jalur sepeda, dan aturan lain yang lebih rinci ditetapkan Gubernur DKI dengan memerhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Gubernur Fauzi Bowo sendiri mendukung program pembangunan jalur sepeda mengingat pemakai sepeda di Jakarta semakin banyak seiring dengan menjamurnya komunitas pesepeda. Namun, membangun jalur sepeda tidak mudah karena masih memerlukan kajian mendalam. Hal itu diperlukan agar kebijakan yang dihasilkan benar-benar menguntungkan semua lapisan masyarakat, baik pemakai kendaraan bermotor, angkutan umum, maupun sepeda.
Editor : Hertanto Soebijoto
Sabtu, 15 Januari 2011 | 14:39 WIB
Sumber
Foto: Jalur sepeda di Bandung, sikodelized.blogspot.com
lanjut baca..

Ini Rencana Rute Jalur Sepeda di Jakarta

Rencana ini lebih untuk mengakomodasi permintaan para pencinta sepeda di Jakarta.

VIVAnews - Tim survei pemetaan jalur sepeda di Jakarta sudah diterjunkan. Meski menghadapi kendala anggaran di Pemerintah Provinsi DKI, tim survei sudah memprediksi bicycle path alias rencana jalur khusus sepeda.

Menurut Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Riza Hasyim, Sabtu 27 Februari 2010, merealisasikan jalur sepeda sebenarnya tidaklah sulit.

Riza menyatakan rencana ini lebih untuk mengakomodasi permintaan para pencinta sepeda di Jakarta, sekaligus upaya mengurangi polusi akibat banyaknya kendaraan bermotor.

Bukan hanya itu, implementasi jalur-jalur khusus sepeda di Ibu Kota juga diharapkan mampu mengembalikan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Namun, pihaknya belum menyiapkan rancangan jalur sepeda.

"Kami memang belum menyiapkan rancangannya, tapi seandianya memang dibutuhkan maka kami akan menyiapkannya," jelasnya. Dia melanjutkan, sebenarnya rencana ini bukanlah hal yang baru karena pada September 2007, pemprov sudah mempertimbangkan pembuatan jalur khusus sepeda.

Bahkan ketika itu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nurachman mengatakan keberadaan jalur khusus sepeda di Jakarta bukanlah hal yang mustahil. Karena, sejumlah jalur sudah ditentukan beberapa di antaranya adalah Jalan Yos Sudarso, Jalan Jenderal Ahmad Yani, dan Jalan Mayjen DI Pandjaitan.

Di luar jalur-jalur tersebut, pemprov menyadari ada sejumlah rute jalan yang takkan mungkin dilalui sepeda.
Tingkat kepadatan jalan utama seperti Sudirman dan MH Thamrin pasti tidak akan nyaman ketika ditambah dengan alat transportasi lain.

Adapun jalur pertama yang pernah akan diujicobakan adalah melalui rute:
1. Blok M Taman Christina Martatiahahu
2. Jalan Trunojoyo–Jalan Pattimura
3. Air Mancur Senayan–Jalan Jenderal Sudirman
4. Semanggi–Jalan MH Thamrin–Monas

Ketika ditanya soal keseriusan pemerintah menjadikan Jakarta sebagai Kota Sepeda, Riza menyatakan bahwa pihaknya akan terus berusaha mengakomodasi permintaan masyarakat, seperti yang dilakukannya sejak beberapa tahun belakangan.

"Kami akan siapkan bila memang jalur tersebut benar-benar bisa dimanfaatkan. Karena, saat ini pengguna sepeda belum signifikan sehingga kami tidak mau jalur tersebut menjadi sia-sia," tukasnya.

Pendapat lain soal pembangunan jalur sepeda menurut Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Condro Kirono, kemungkinan penggunaan jalur untuk sepeda akan dilakukan di trotoar. Karena, pilihan tersebut adalah yang paling tepat. "Itu karena memang untuk keselamatan pengguna, kalau memakai bahu jalan kami khawatirkan keselamatan mereka," katanya.

Selain itu, penggunaan trotoar untuk jalur sepeda juga harus didesain ulang untuk kenyamanan pengguna. "Seperti di beberapa negara, mereka menggunakan trotoar untuk jalur sepeda. Dan itu tidak ada kendala," ujarnya. Selain untuk jalur sepeda dan pejalan kaki, penggunaan trotoar juga akan bernilai positif. Karena, dengan lebih aktifnya trotoar dilalui dengan sepeda dan pejalan kaki maka bisa membebaskan trotoar dari pedagang kaki lima.

Sementara itu, meskipun belum dianggarkan untuk pembangunannya, Pemerintah Kota Jakarta Selatan berinisiatif dan sudah memulai uji coba jalur sepeda di wilayah mereka.

Menurut Walikota Jakarta Selatan, Syahrul Effendi, pemkot jaksel telah membuat sejumlah rute yang bisa dilalui pengguna sepeda.

Rute pertama itu yakni:
1. Mulai dari Dukuh Atas
2. Sudirman melewati Al Azhar
3. Blok M, dan berakhir di Lebak Bulus.

Rute kedua:
1. Senopati
2. Mampang
3. Hotel Four Season

Rute terakhir:
1. Semanggi
2. Jalan Gatot Subroto
4. Pancoran
5. Tebet,
6. Manggarai
7. kembali ke Dukuh Atas

"Namun, kami masih menunggu realisai jalur sepeda yang direncanakan oleh Pemprov DKI," ujarnya. Walaupun, Pemprov DKI pernah mengisyaratkan hanya akan membangun jalur sepeda setelah jumlah pengguna sepeda mencapai 1 juta orang. Padahal saat ini jumlahnya saat ini belum mencapai ratusan orang.

Minggu, 28 Februari 2010, 01:07 WIB
Ismoko Widjaya, Sandy Adam Mahaputra
ismoko.widjaya@vivanews.com
• VIVAnews
Sumber

lanjut baca..

Jalur Sepeda di Jakarta Sulit Terealisir


JAKARTA--MICOM: Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberlakukan jalur sepeda di jalan-jalan besar di Ibukota, sepertinya akan sulit terealisasi.

Pasalnya, kondisi jalan raya di Jakarta, sekarang ini sudah tidak memungkinkan penambahan jalur. Terlebih, jalan raya sudah seluruhnya termakan oleh jalur kendaraan roda empat, kendaraan bermotor roda dua, ditambah jalur busway.

"Minimnya lahan ruas jalan di Jakarta, sudah tidak memungkinkan lagi untuk penambahan jalur. Jalan raya yang ada saat ini kapasitasnya sudah penuh.Seharusnya konsep jalur sepeda dipikirkan saat awal pembangunan. Kalau saat ini, tentu jalan-jalan yang ada sudah tidak memungkinkan lagi. Selain, jika konsep itu akan dilakukan pada jalan-jalan baru yang akan dibuat," ungkap Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Udar Pristono kepada Media Indonesia, Minggu (16/1).

Terdapat tiga konsep jalur sepeda, jelas Pristono, yang berlaku di dunia. Antara lain, Bike Path yaitu jalur sepeda tersendiri yang benar-benar terpisah dari jalan raya. kedua, Bike Lane yakni jalur yang sama dengan bike path, hanya bedanya, jalur sepeda dan jalan raya hanya dipisahkan dengan marka jalan. Dan terakhir, jalur sepeda yang bercampur dengan jalan raya, tidak ada marka, hanya dibantu dengan rambu-rambu atau disebut dengan Bike Route.

Di antara ketiga konsep tersebut, jalur bike path dan bike lane yang dinilai lebih aman. Dikarenakan kedua jalur, terpisah dengan jalur mobil dan motor, dengan begitu para pengguna sepeda akan merasa lebih aman berkendara. Sayangnya, kedua jalur sulit untuk direalisasikan di berbagai jalan di Ibukota.

"Konsep yang aman adalah bike path dan bike lane. Tapi, kedua konsep itu, sudah tidak mungkin dilakukan terhadap jalan-jalan di ibukota," ujarnya.

Jika Pemprov DKI ingin tetap memberlakukan konsep jalur sepeda seperti bike path dan bike lane, lanjutnya, hanya bisa diterapkan pada jalan-jalan baru yang akan dibuat.

"Jika jalur sepeda ingin tetap dibuat. Lebih baik ke jalan-jalan baru yang akan dibangun. Seperti di ruas jalan sekitar Banjir Kanal Timur, atau pinggir jalan kali ciliwung, dan sebagainya," katanya.

Sebenarnya, ada satu konsep lagi yang bisa diterapkan, yakni bike route. Namun, jalur ini merupakan jalur sepeda yang paling berbahaya, karena dalam penerapannya bercampur dengan berbagai kendaraan lainnya.

"Jika dipaksakan, kita hanya bisa berlakukan konsep bike route di jalan-jalan Jakarta sekarang. Tapi, jalur ini paling berbahaya. Ditakutkan, para pengendara sepeda akan tertabrak kendaraan lain, seperti Metro Mini dan sebagainya," ungkap Pristono.

Oleh sebab itu, pihaknya menghimbau kepada seluruh masyarakat pengguna sepeda di Jakarta, jika memang harus berkendara dengan sepeda, sebaiknya menggunakkan lajur jalan raya paling kiri.

"Jika memang pengendara sepeda harus berkeliling Jakarta, sebaiknya menggunakan jalur paling kiri agar lebih aman. Seperti di jalan-jalan besar Sudirman, dan sebagainya. Ataupun lebih baik berkendaraan saat-saat Hari Bebas Kendaraan yang sebulan dua kali itu," tambahnya.

Sementara itu, Badan Legislatif Daerah (Balegda) DKI Jakarta dalam agenda 2011, terus menggodok Raperda RTRW DKI Jakarta 2010-2030, yang mengatur mengenai sistem dan jaringan transportasi. Dimana dalam pasal 17, disebutkan sistem dan jaringan transportasi terdiri atas darat, laut dan udara. Dan salah satu sistem dan jaringan transportasi darat yaitu sistem prasarana pedestrian dan sepeda.

Sementara itu, di dalam pasal 24 Raperda RTRW DKI 2030 dijelaskan jalur pedestrian dan jalur sepeda akan dikembangkan pada pusat-pusat kegiatan Primer dan Sekunder serta kawasan Transit Oriented Development (TOD).

Jalur pedestrian dan jalur sepeda diintegrasikan dengan jaringan angkutan umum berikut fasilitas pendukungnya yang memadai dengan memperhitungakan penggunaannya bagi penyandang cacat. Serta penetapan jalur prioritas pedestrian dan jalur sepeda dan aturan lain yang lebih rinci ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. (*/OL-3)
Minggu, 16 Januari 2011
Foto : ANTARA/Lucky.R/rj
Sumber


lanjut baca..

RTRW 2010-2030: Jalur Sepeda Diloloskan


Jakarta, Kompas - DPRD DKI Jakarta akhirnya memasukkan jalur sepeda dan jalur pejalan kaki dalam Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010-2030. Selama ini kedua jalur itu dianaktirikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan hampir diabaikan lagi untuk 20 tahun mendatang.

Ketua Badan Legislasi Daerah (Balegda) DPRD DKI Jakarta Triwisaksana, Kamis (13/1) di Jakarta Pusat, mengatakan, RTRW sebagai patokan pembangunan 20 tahun mendatang harus memasukkan jalur transportasi nonmesin. Transportasi nonmesin sangat ramah lingkungan dan dapat mengatasi macet.

”Pemprov DKI harus menyediakan jalur sepeda dan jalur pejalan kaki di setiap jalan protokol. Faktor keamanan dan kenyamanan harus dipikirkan oleh DKI,” kata Triwisaksana.

Dengan payung hukum RTRW, Pemprov DKI dipaksa segera mewujudkan jalur sepeda dan jalur pejalan kaki. Selama ini jalur sepeda tidak tersedia dan jalur pejalan kaki diokupasi oleh pedagang kaki lima.

Anggota Koalisi Traffic on Demand, Ahmad Safrudin, mendukung langkah Balegda DPRD itu. Selama ini jalanan Jakarta tidak manusiawi karena hanya mementingkan kendaraan bermotor dan mengesampingkan pengguna sepeda dan pejalan kaki.

Dampaknya, jalanan makin lama makin macet dan polusi udara kian parah.

Di sisi lain, penyediaan jalur sepeda dan jalur pejalan kaki yang layak dapat mendukung pengoperasian angkutan massal. Semua penumpang yang akan menuju atau meninggalkan moda angkutan massal dapat berjalan kaki atau menggunakan sepeda dengan nyaman. Jika hal itu terwujud, program pengurangan kemacetan dengan angkutan massal bakal lebih efektif. (ECA)

Sumber: Kompas, 14 Januari 2011
Foto: kompas.com
lanjut baca..

Matinya Ekspor Kereta Angin

Inilah profil industri sepeda pascatuduhan dumping

Gara-gara sanksi yang dijatuhkan ME, dua pabrik sepeda gulung tikar.
Pasar dalam negeri sebenarnya masih sangat luas. Tapi, para eksportir
tetap akan menuntut agar sanksi itu dicabut.

Setelah mengalami masa jaya lebih dari lima tahun, industri sepeda kini
tak ubahnya pembalap yang nyaris mencapai garis finis, terengah-engah.
Soalnya, sejak Masyarakat Eropa (ME) menuding para produsen melakukan
aksi dumping, produk Indonesia langsung kehilangan daya saing. Maklum,
tuduhan itu telah menyebabkan negara pengimpor mengambil tindakan dengan
membebani sepeda yang masuk ke negeri mereka dengan bea masuk dan denda
berupa pajak. Jika sebelumnya sepeda Indonesia yang diekspor ke sana
bebas dari segala jenis pajak dan bea, sejak 1994 terkena bea masuk
sebesar 11,7% plus denda sebesar 28,4%.

Akibatnya, seperti yang terlihat pada statistik penjualan ekspor,
penjualan sepeda Indonesia ke ME menukik tajam. Jika pada 1992 hingga
1995 si roda dua masih terjual minimal 23 juta unit setahun, tahun lalu
merosot hingga tinggal 5,3 juta buah saja alias turun 77%. Padahal, 14
negara anggota ME ini merupakan pasar sepeda terbesar bagi Indonesia.
Sebelum penurunan yang drastis itu terjadi, 75% sepeda ekspor Indonesia
dijual ke negara-negara tersebut. Kini peran ME cuma tinggal 36% dari
total ekspor.

Buntut dari gebrakan ME ini sungguh mudah ditebak. Hanya kurang dari
setahun, sejak tarif ekstra berupa denda dumping ditetapkan, beberapa
produsen Ð terutama yang mengandalkan pasar ekspor -- langsung
kelimpungan. Federal Cycle Mustika (FCM) misalnya, yang terkenal dengan
sepeda Federalnya, mengundurkan diri karena menganggap bisnis ini tak
lagi menguntungkan. Begitupun Toyo Asahi, sejak tahun lalu sudah
hengkang dari arena dagang sepeda. "Sebenarnya, sayang juga
meninggalkan bisnis ini, karena kami memulainya dari nol. Tapi, apa
boleh buat, dengan pajak dan denda sebesar itu, sepeda jadi tak
menguntungkan lagi," kata Andi Hendrardi, Direktur FCM.

Yang kecil-kecil tanpa pajak pasti menang
Betul, sejak dihajar sanksi tuduhan dumping, sepeda buatan FCM tak lagi
mampu bersaing dengan sepeda-sepeda produksi Taiwan dan Italia. Tapi,
satu hal yang mengherankan Andi, kenapa Italia yang menjual produknya di
bawah harga jual Federal tidak dikenai sanksi. Selain itu, FCM juga
merasa penasaran dengan tuduhan tersebut. Karena pihaknya tidak merasa
menjual lebih murah daripada harga di pasar lokal.

Di dalam negeri, FCM menjual sepedanya dengan harga sekitar Rp 150.000
per unit. Ini jelas tak jauh berbeda dengan harga jual ekspornya yang
US$ 72. Memang, ada beberapa jenis sepeda yang harganya sangat mahal.
Tapi, itu lantaran kelasnya jauh lebih tinggi ketimbang yang diekspor.
Model Competition, misalnya, dijual dengan harga Rp 1,25 juta.

Kini, karena tak mampu lagi bersaing, FCM bertekad untuk keluar dari
ajang bisnis sepeda. Bahkan, beberapa mesin pencetak rangkanya telah
ditawar PT Wijaya Indonesia Makmur (produsen sepeda WIM). Jadi tak
berbeda dengan nasib produsen sepeda di Malaysia dan Taiwan. Mereka
juga, gara-gara sanksi dumping, terpaksa melego mesin-mesin produksinya
ke Vietnam dan Srilangka.

Tekad untuk mundur ini tampaknya sudah bulat benar. Kendati pemerintah
(terutama BKPM), menurut Andi, berusaha membujuk FCM untuk tetap
bertahan. Soalnya, bukan cuma di pasar ekspor industri sepeda kena
gebuk. Di pasar domestik pun nasibnya tak lebih baik. Lihat saja
buktinya. Di dalam negeri, FCM tidak hanya bersaing dengan sesama
produsen besar, tapi juga harus berhadapan dengan bengkel-bengkel kecil
dan toko-toko yang melakukan perakitan sendiri. "Yang kecil-kecil itu
pasti mampu mengalahkan kami, karena mereka tidak membayar PPN yang
10%," kata Andi.

Bagi FCM, menutup warung sepeda bukan masalah besar. Soalnya, dulu
mereka terjun ke bisnis ini juga lantaran terdesak keadaan. Waktu itu,
tahun 1986, pasar sepeda motor sedang berada pada titik terendah. Tak
terkecuali penjualan Honda yang diproduksi Federal. Nah, untuk
menghindari PHK atas 500 karyawannya, produsen sepeda motor ini
melakukan diversifikasi usaha dengan memproduksi sepeda.

Ternyata sukses. Hanya dalam waktu dua tahun sepeda buatannya langsung
populer di kalangan konsumen. Ini berkat gencarnya promosi yang
dilakukannya, yang menghabiskan biaya sampai Rp 2 miliar setahun.
Sekarang, ketika langkah si roda dua dihambat sanksi dumping, FCM
"dengan senang hati" mundur dari percaturan bisnis. Apalagi, pasar
sepeda motor kini sedang marak, sehingga 500-an karyawan dari pabrik
sepeda kembali termanfaatkan. "Jadi, kami memang sudah sibuk. Dan, yang
penting, tidak usah serakahlah," kata Andi.

Pasar lokal sebenarnya masih terbuka lebar
Jika FCM bisa dengan mudah membanting setir, lantas bagaimana dengan
nasib 200-an karyawan Toyo Asahi? Wallahualam. Yang jelas, beberapa
produsen eksportir berusaha mengalihkan pasar mereka dari terkaman
sanksi dumping ME. PT Jawa Perdana, misalnya, kini telah memperoleh
pasar pengganti, yakni Jepang. Sedangkan WIM, terlihat sedang berkutat
menggarap pasar dalam negeri untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan
Federal.

Pasar domestik sendiri, sebenarnya, masih sangat luas untuk digarap.
Menurut Andi, populasi sepeda di Indonesia saat ini baru 1:12. Jadi
masih jauh di bawah Cina yang populasinya mencapai 1:3,4 atau Belanda
yang 1:1,05.

Tapi, pengalihan pasar itu tidak menggambarkan eksportir Indonesia
menyerah pada tuduhan ME. "Kami sudah meminta agar ME meninjau kembali
tuduhan dumpingnya," kata Prihadi, Ketua AIPI (Asosiasi Industri
Persepedaan Indonesia). Selain mengajukan protes langsung ke ME, AIPI
juga telah mengadukan penderitaannya pada Komisi Anti-Dumping Indonesia
(KADI)

Hasilnya? Kita lihat nanti. Yang jelas, pihak KADI sendiri tak tinggal
diam. Mereka kini tengah mengumpulkan fakta untuk membuktikan kebenaran
tuduhan ME. "Kalau kelak terbukti tuduhan itu tidak benar, kami akan
meminta agar ME meninjau kembali keputusannya," kata Taufiek Abbas,
Wakil Ketua KADI.

(Budi Kusumah, Hendrika Y, Marga Raharja)

Sumber: Kontan, arsip dari milis apakabar

lanjut baca..

Sepedaku



Detailed specs:

Model name : Heist 1.0
Type hybrid : Shimano tourney 21 sp (16 sp)
Size : 43
Color : Silver
Frame : Alutech hybrid frame
Fork : Hi-ten trekking fork
Handlebar : Steel (bull horn)
Stem : Steel
Headset : Polygon
Saddle : Polygon (wtb)
Seatpost : Polygon ssx alloy
Chainwheel : SR XCC 48tx38tx28t (shimano double chainring)
Bottom bracket : Cartridge sealed bearing
Chain : KMC Z50 (shimano)
Cassette sprocket : Shimano tourney 14-28t freewheel (shimano 8 sp freehub)
Shifting lever : Shimano - rapid shifter (shimano for 8 sp)
Brake lever : Shimano
Front derailleur : Shimano tourney
Rear derailleur : Shimano tourney
Front brake : Alloy v-brake
Rear brake : Alloy v-brake
Pedal : Alloy
Tyre : Kenda 700x38c
Tube : AV valve
Rim : Alloy single wall
Spoke : Steel
Front hub : Steel 36h (shimano 36h for 8 sp)
Rear hub : Steel 36h (shimano 36h for 8 sp)
Fender : (front & rear modif)

* dalam kurung = modif

lanjut baca..