Catatan Perjalanan Duren Sawit-JPG-Duren Sawit, 6 Februari 2011



Gobar kali ini diikuti 7 peserta nekat dari berbagai angkatan dan latar belakang :) Sepeda yang digunakan juga beragam dari sepeda gunung, balap dan perpaduan keduanya (hybrid). Rencana gobar muncul dari akan digelarnya Pasar Sepeda JPG yang legendaris itu :)

Titik kumpul (tikum) di McD*nalds Duren Sawit sekitar jam 05.30. Di sana ternyata sudah menunggu Zanetti boy yang tepat waktu :) Sedangkan om Chubby sedang dalam perjalanan ke tikum. Satu lagi penggowes, bro Javanischen mengabarkan akan langsung gowes ke Cawang untuk bergabung di sana. Hujan rintik masih terus menemani sampai sekitar jam 06.30, enam manusia bersepeda akhirnya memutuskan berangkat. Rute awal menyusuri Jalan Raden Inten II menuju arah Kalimalang.

Baru saja memasuki Kalimalang, hujan makin kencang. Penggowes memilih untuk berhenti sejenak untuk memakai jas hujan. Di sini peserta berkurang 3 orang (enkong Nana&Nano + om Robert) karena tidak membawa jas hujan dan akan menyusul bila hujan sudah reda. Sementara itu 3 goweser (Chubby, Zanetti dan saya sendiri) melanjutkan perjalanan di tengah terpaan hujan lebat.

Dari Kalimalang kami berbelok ke kiri masuk Jalan Mayjend DI Panjaitan hingga di bawah perempatan cawang di bawah jalan layang. Rencananya di sini Javanischen sudah menunggu. Tapi karena mukanya tidak kelihatan, maka gowes berlanjut belok kanan masuk Jalan MT Haryono.

Jalan setelah perempatan agak menanjak sedikit, sampai di puncaknya kami ambil sisi jalan kiri untuk bersiap belok kiri masuk Jalan Dewi Sartika. Di sini hujan masih setia bersama mendinginkan badan :)

Di pertigaan Kalibata, kami berbelok ke kanan masuk Jalan Kalibata. Di ruas jalan ini ada pilihan untuk menanjak ke kanan ke arah jalan layang baru atau mendatar ke kiri jalan lama. Karena perjalanan masih panjang, saya sebagai RC putuskan ambil jalan kiri saja :)

Tepat di bawah jembatan kami berhenti karena Javanischen mengontak Chubby. Sambil menunggu Javanischen, kami berhenti sejenak. Tak lama Javanischen bergabung. Ternyata baru tidur 3 jam setelah ber-NR ria sampai jam 3 pagi katanya. Dahsyat banget deh om :)

Dengan formasi 4 berjejer ke belakang, gowes berlanjut melewati belakang Mal Kalibata, terus menyusuri rel kereta di sepanjang Jalan Rawajati Timur. Di sini kami berhenti untuk menunggu Javanischen yang memutuskan untuk berjas hujan karena lebatnya curahan hujan di daerah ini.

Lanjut lagi sampai menyeberangi rel kereta, lalu masuk ke Jalan Pasar Minggu. Di sini kami ambil sisi kiri untuk berbelok ke kanan tepat di atas terowongan untuk melawan arah dan masuk Jalan Ragunan.

Di Jalan Ragunan akan bertemu dengan pasar tumpah. Gowespun mesti perlahan-lahan, namun ini tidak lama. Di depan ternyata sudah menunggu turunan, yang berarti berpasangan dengan tanjakan :) Turunan ini ternyata tidak satu, tapi ada satu lagi menunggu di depan sebelum kami berbelok kiri masuk Jalan Warung Jati Barat.

Ternyata dua tanjakan tadi adalah pertanda kalau kami sudah mulai memasuki kawasan turunan-tanjakan. Benar saja, setelah berbelok kanan masuk Jalan RA Kartini (Arteri), turun-naik aspal jalanan mulai mengencangkan otot2 kaki :)

Tak lama menyusuri ruas ini, kami berbelok kiri di perempatan RS Fatmawati. Lalu berbelok ke kanan memasuki Jalan Lebak Bulus I. Di sini ternyata ada turunan yang cukup dalam dan langsung melahap tanjakan tinggi. Gigi rendah sangat bermanfaat di tanjakan ini :)

Bertemu perempatan, kami mengambil jalan lurus yang kemudian di pertigaan depan, kami berbelok kiri ke Jalan Cirendeu. Jalan pun mulai menanjak santai, berbelok kemudian mulai menanjak tajam sampai di puncaknya bertemu pom bensin di sisi kiri jalan. Tanjakan ini tergolong aduhai karena menguras tenaga bila tidak pas memindahkan ke gigi rendah :) Sebagai catatan, untuk jalan pulangnya nanti saat turunan, sangat dianjurkan untuk melakukan pengereman karena jalan turunan akan berbelok patah ke kiri.

Di pom bensin ini kami putuskan untuk istirahat karena sepanjang perjalanan energi benar2 terkuras. Kira2 15 menit kami istirahat sambil menikmati bakpia dari Chubby :) Lumayan menghangatkan di tengah cucuran air yang terus berdatangan dari langit.

Menelusuri Jalan Cirendeu, nanti kita akan bertemu Jalan Pondok Cabe yang akan terus menyusuri pinggir Lanud Pondok Cabe. Jalan di sini sedikit berat karena jalan agak menanjak sedikit, tapi karena seperti jalannya tak berujung, cukup berat juga :) Daerah di pinggir lanud ini otomatis adalah daerah terbuka. Saking terbukanya, tidak usah heran bila gowes bertambah berat lagi karena adanya hempasan angin dari arah depan. Tapi kami cukup beruntung karena angin ini berhembus sepoi2 :)

Mengikuti Jalan Poncok Cabe, di depan jalan berbelok ke kanan. Di sini kami mendapatkan bonus berupa turunan landai yang cukup panjang :) Dan seperti biasa siap2 menggowes jalan yang menanjak santai sedikit hingga perempatan lampu merah.

Lepas dari perempatan, kami mengambil jalan lurus ke Jalan Doktor Setiabudi-Pamulang Timur. Jangan kaget bila di daerah ini kita akan menemukan rambu-rambu yang bikin ciut nyali. Rambu itu berwarna kuning, ada segitiga hitamya dan di atas segitiga ada gambar mobilnya :) Ya, benar sekali, itu tanda di depan anda ada tanjakan!

Di pertigaan depan, kami berbelok ke kanan masuk Jalan Surya Kencana, kemudian berbelok ke kiri ke Jalan Pamulang. Hujan masih terus turun sepertinya mengikuti perjalanan kami :)

Setelah melewati danau di sisi kiri, kami belok kanan mengikuti papan petunjuk jalan arah BSD, masuk Jalan Parakan Pondok Benda. Di ruas jalan ini kami memutuskan mampir di warteg untuk mengisi perut :) Setelah makan dan foto2, gowes berlanjut tanpa jas hujan karena hujan sudah reda. Karena di warteg tadi tidak ada toilet, maka kami berhenti lagi di pom bensin untuk menunggu Zanetti membuang hajat.

Tak berapa lama, kami mengayuh kembali si roda 2 tak bermesin samapi bertemu pertigaan. Kami berbelok ke kanan mengikuti petunjuk jalan arah ke Jombang. Di Jalan Sarua ini saya mulai ragu dan memutuskan untuk bertanya karena tidak membawa peta Go*gle :) Beruntung kami tidak salah jalan dan akan melewati Jalan Bukit Indah, Jalan Ciater, belok kiri ke Jalan Aria Putra, belok kiri lagi masuk Jalan Jombang. Di sepanjang jalan ini kami disambut oleh beberapa tanjakan ringan.

Lalu kita akan menyeberangi pintu perlintasan KA dan bertemu dengan Stasiun KA Sudimara. Selepas melintasi jembatan tol, kami berbelok ke kiri masuk Jalan Sumatera. Menyusuri jalan mengikuti angkot warna hijau, berkelok dengan sedikit tanjakan, akhirnya sampailah kami di tikungan base camp-nya JPG :) Kurang lebih perjalanan ditempuh dalam waktu 3 jam.

Di sana kami bertemu dengan Om Benno dan satu lagi Om Fajar (kalau tidak salah) serta kawan2 dari Koskas Tangerang. Sebagai catatan, dalam perjalanan ini kami tidak melakukan re-grouping karena kami memakai pola berpasangan dengan selalu melihat kawan tepat di belakangnya. Dengan cara ini kita bisa memperlambat kayuhan bila kawan di belakang kita mulai agak tertinggal. Menurutku cara ini sangat baik karena kita bisa langsung tahu bila kawan di belakang kita menemukan kendala dan dapat segera membantunya.

Pasar Sepeda JPG siang itu semarak dengan sepeda dan tenda-tenda jualan. Ada pula penggowes yang sampai mandi lumpur habis kecebur di sawah :) Kira-kira 3 jam saya di sana dan sekitar jam 13.00 undur diri untuk gowes solo. Perjalanan pulang dengan melewati jalur yang sama, arah balik ditempuh kurang lebih 3 jam.

Sekian dulu catpernya, kawan-kawan lain (Javanischen, Chubby, Zanetti) bisa bantu menambahkan bila ada yang kurang :)




lanjut baca..

DKI Setujui Jalur Sepeda

Jakarta, Kompas - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyetujui adanya jalur sepeda pertama di Jakarta. Jalur itu membentang dari Taman Ayodya ke Blok M, Jakarta Selatan. Meski panjang jalurnya hanya 1,5 kilometer, persetujuan itu penting untuk menggugah warga berkendara sepeda.


”Silakan membuat jalur pendek sepeda. Jalur pendek masih memungkinkan dalam batasan rencana kota yang ada,” kata Fauzi Bowo saat melantik Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jakarta Komite Sepeda Indonesia (KSI) di halaman Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Minggu (30/1).

Menurut Fauzi, jumlah pengguna sepeda di Jakarta menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Dari 9,6 juta jiwa penduduk Jakarta, terdapat sekitar 100.000 orang yang naik sepeda.

Namun, tidak semuanya bersepeda secara aktif untuk bepergian ke tempat kerja atau tempat aktivitas lainnya.

Mengingat jumlah pesepeda aktif relatif sedikit, Pemprov DKI belum menyediakan jalur khusus sepeda yang panjang. Peruntukan badan jalan masih bagi pengguna kendaraan bermotor.

Wali Kota Jakarta Selatan Syahrul Effendi mengatakan, pihaknya menyurvei jalur sepeda dari Taman Ayodya sampai ke Blok M. Jalurnya melewati jalan-jalan perumahan sehingga tidak mempersempit badan jalan raya. Jalur itu diharapkan dapat terwujud pertengahan 2011.

Pengamat perkotaan yang juga anggota komunitas B2W, Nirwono Joga, mengatakan, Pemprov DKI seharusnya memfasilitasi penyediaan jalur sepeda agar pengguna sepeda secara aktif meningkat, bukan sebaliknya. Penyediaan jalur sepeda tidak harus mengambil satu badan jalan, tetapi dapat dengan sistem rute sepeda dan lintasan sepeda.

Sistem rute sepeda adalah jalur sepeda yang dipandu dengan rambu-rambu lalu lintas. Adapun lintasan sepeda adalah jalur sepeda di badan jalan yang dibatasi dengan garis, tetapi penggunaannya masih berbagi dengan kendaraan lainnya.

Selain itu, jalur sepeda di Jakarta Selatan dapat dimulai dari Lebak Bulus, Jalan Pondok Indah Raya, Pakubuwono, Plaza Senayan, dan berakhir di Mal FX. Di Jakarta Barat, jalur yang dapat dipakai adalah sepanjang tepi Kali Mookervart, dari halte Kalideres sampai halte Indosiar.

Mengurangi kemacetan

Di Jakarta Pusat, para pengguna sepeda terbiasa memanfaatkan jalur Taman Suropati, Jalan Teuku Umar, Tugu Tani, menuju Jalan Medan Merdeka Selatan. Jalur ini dapat dilewati Gubernur Fauzi Bowo jika ingin mencoba bersepeda dari rumah dinas ke kantor.

Jalur sepeda di Jakarta Utara yang sering dilalui anggota B2W adalah Jalan Harmoni, Jalan Juanda, Jalan Gunung Sahari, Jalan Benyamin Sueb (Kemayoran), berlanjut ke Ancol. Di Jakarta Timur ada dua jalur yang biasa dilalui pengguna sepeda.

Jalur pertama, Pulogadung menuju Jalan Pemuda, Jalan Pramuka, Manggarai, dan mengarah ke Dukuh Atas di sepanjang sungai. Jalur kedua, menyusuri kedua sisi Kanal Banjir Timur.

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Muhammad Sanusi, mengatakan, penyediaan jalur sepeda dapat menjadi alternatif mengurangi kemacetan. Selama ini warga enggan naik sepeda secara aktif karena takut tertabrak kendaraan bermotor.

”Jika ada jalur khusus sepeda, banyak orang pindah ke moda ini dan kemacetan berkurang perlahan,” kata Sanusi. (ECA)

Kompas, 2 Februari 2011

lanjut baca..